Kurikulum Pendidikan Kejuruan-Konsep Kurikulum
KONSEP
KURIKULUM
Suharsimi (2005, 23) menyatakan teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang
memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena
adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk
perkembangan/penggunaan dan evaluasi kurikulum.
Konsep
terpenting yang perlu mendapat penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep
kurikulum.
1.
Pengertian konsep
kurikulum
Yaitu
suatu konsep yang berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek dalam
pendidikan. Konsep kurilukum dapat juga berarti suatu konsep konsep yang
bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianut.
Menurut Sutrisno
(2001, 12) disebutkan ada tiga
konsep kurikulum, yaitu : (a) kurikulum sebagai substansi, (b) kurikulum sebagai sistem, dan (c) kurikulum sebagai bidang studi.
a.
Konsep pertama,
adalah kurikulum
sebagai suatu sistem/tujuan. Yaitu sistem kurikulum yang merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem
masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur
kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem
kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
Mauritz Johnson membedakan antara kurikulum dengan
pengajaran. Yang membedakan antara keduanya yaitu pengajaran
merupakan interaksi siswa dengan lingkungan sekitar, sedangkan kurikulum adalah
rentetan hasil belajar yang diharapkan atau sebagai tujuan.
b.
Konsep kedua, kurikulum
sebagai rancangan/rencana
Suatu kurikulum, dipandang orang
sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau
sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat
menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar,
kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi.
Suatu kurikulum juga dapat
digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara
para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan
masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu
sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara
Menurut Mac Donal, sistem
persekolahan terbentuk atas 4 subsistem yaitu
1.
Mengajar merupakan kegiatan
profesional guru.
2.
Belajar merupakan suatu
upaya siswa sebagai respon dalam sistem persekolahan.
3.
Pengajaran merupakan
interakasi belajar mengajar.
4.
Kurikulum merupakan rencana
sebagai pedoman.
Teori yang lainnya juga
dikemukakan oleh Beauchamp. Menurut Beauchamp, kurikulum dibedakan menjadi dua
yaitu
1.
Kurikulum bertindak sebagai
rencana tertulis
2.
Kurikulum fungsional.
Sedang menurut Taba,
perbedaan kurikulum dengan pengajaran terletak pada keluasan cakupan.
c.
Konsep
ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
Yaitu bidang
studi kurikulum. Ini merupakan penerapan dari teori-teori kurikulum dan pengembangan
para bidang ahli kurikulum/pendidikan dan pengajaran.
Menurut Zais, kurikulum sebagai bidang studi mencakup
batasan/jarak/cakupan subject matter dan prosedur pengembangan dan praktek.
Teori yang lain dikemukakan oleh Beauchamp. Menurut
Beauchamp, teori kurikulum adalah sekumpulan pernyataan yang berhubungan yang
memberi arti terhadap kurikulum sekolah dengan titik beratnya pada hubungan
antar elemen, perkembangan, penggunaan, dan evaluasi.
Tujuan
kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan
sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari
konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai
kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya
para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk:
(1) mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari
istilah-istilah teknis,
(2)
mengadakan klasifikasi tentang
pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan baru,
(3)
melakukan penelitian inferensial
dan prediktif,
(4)
mengembangkan subsubteori
kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan model-model kurikulum.
Keempat
tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum. Melalui
pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem, maupun
bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.
2. Perkembangan teori kurikulum
Perkembangan
teori kurikulum tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangannya.
Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan tulisan Charles dan
McMurry, tetapi secara definitif berawal pada hasil karya Franklin Babbit tahun
1918. Bobbit Bering dipandang sebagai ahli kurikulum yang pertama, is perintis
pengembangan praktik kurikulum. Bobbit adalah orang pertama yang mengadakan
analisis kecakapan atau pekerjaan sebagai cara penentuan keputusan dalam
penyusunan kurikulum. Dia jugalah yang menggunakan pendekatan ilmiah dalam
mengidentifikasi kecakapan pekerjaan dan kehidupan orang dewasa sebagai dasar
pengembangan kurikulum.
Menurut Bobbit,
inti teori kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan manusia. Kehidupan manusia
meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh sejumah kecakapan
pekerjaan. pendidikan berupaya mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut
dengan teliti dan sempurna. Kecakapan-kecakapan yang harus dikuasai untuk dapat
terjun dalam kehidupan sangat bermacam-macam, bergantung pada tingkatannya
maupun jenis lingkungan. Setiap tingkatan dan lingkungan kehidupan menuntut
penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu.
Hal-hal itu merupakan tujuan kurikulum. Untuk mencapai hal-hal itu ada
serentetan pengalaman yang harus dikuasai anak. Seluruh tujuan beserta
pengalaman-pengalaman tersebut itulah yang menjadi bahan kajian teori
kurikulum.
Werrett
W. Charlters (1923) setuju dengan konsep Bobbit
tentang analisis kecakapan/pekerjaan sebagai dasar penyusunan kurikulum. Charters
lebih menekankan pada pendidikan vokasional.
Ada dua hal
yang sama dari teori kurikulum, teori Bobbit dan Charters. Pertama, keduanya
setuju atas penggunaan teknik ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah
kurikulum. Dalam hal ini mereka dipengaruhi oleh gerakan ilmiah dalam
pendidikan yang dipelopori oleh E.L. Thorndike, Charles Judd, dan lain-lain. Kedua,
keduanya bertolak pada asumsi bahwa sekolah berfungsi mempersiapkan anak
bagi kehidupan sebagai orang dewasa. Untuk mencapai hal tersebut, perlu
analisis tentang tugas-tugas dan tuntutan dalam kurikulum disusun keterampilan,
pengetahuan, sikap, nilai, dan lain-lain yang diperlukan untuk dapat
berpartisipasi dalam kehidupan orang dewasa. Bertolak pada hal-hal tersebut
mereka menyusun kurikulum secara lengkap dalam bentuk yang sistematis.
Cakupan bidang studi :
a. Konsep kurikulum
b. Penentuan
c.
Penggunaan
d. Pengembangan
e. Disain
f.
Evaluasi
Kurikulum sebagai rencana :
a. Tujuan
b. Bahan
c.
Kegiatan
d. Alat
e. Waktu
Sistem kurikulum :
a. Penentuan kebijakan
b. Susunan personalia
c.
Prosedur pengembangan
d. Penerapan
e. Evaluasi dan penyempurnaan
Fungsi :
a. Menghasilkan kurikulum sebagai dokumen tertulis
b. Menjaga kurikulum tetap dinamis
Menurut Zais (1993:3), kurikulum mengindikasikan suatu
rencana untuk mendidik siswa yang artinya kurikulum merupakan bagian dari ruang
lingkup kajian kurikulum dan berisikan komponen-komponen kurikulum. Kurikulum
juga suatu identifikasi ruang lingkup kajian yang meliputi dari
1.
Merupakan substansi/subject matter dalam bidang
kurikulum.
2.
Berbagai proses yang terdapat dalam kurikulum seperti
pengembangan kurikulum dan perubahan kurikulum.
Mulai tahun
1920, karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang gerakan pendidikan yang
berpusat pada anak (child centered). Teori kurikulum berubah dari yang
menekankan pada organisasi isi yang diarahkan pada kehidupan sebagai orang
dewasa (Bobbit dan Charters) kepada kehidupan psikologis anak pada saat ini.
Anak menjadi pusat perhatian pendidikan. Isi kurikulum harus didasarkan atas
minat dan kebutuhan siswa. pendidikan menekankan kepada aktivitas siswa, siswa
belajar melalui pengalaman. Penyusunan kurikulum harus melibatkan siswa.
Perkembangan teori
kurikulum selanjutnya dibawakan oleh Hollis Caswell. Dalam peranannya sebagai
ketua divisi pengembang kurikulum di beberapa negara bagian di Amerika Serikat
(Tennessee, Alabama, Florida, Virginia), is mengembangkan konsep kurikulum yang
berpusat pada masyarakat atau pekerjaan (society centered) maka Caswell
mengembangkan kurikulum yang bersifat interaktif. Dalam pengembangan
kurikulumnya, Caswell menekankan pada partisipasi guru-guru, berpartisipasi
dalam menentukan kurikulum, menentukan struktur organisasi dari penyusunan
kurikulum, dalam merumuskan pengertian kurikulum, merumuskan tujuan, memilih
isi, menentukan kegiatan belajar, desain kurikulum, menilai hasil, dan
sebagainya.
Menurut Zais (1976:7-11), kurikulum diartikan beberapa
macam antara lain :
•
Curriculum As Program Of
Studies
•
Curriculum As Course Content
•
Curriculum As Planned Learning
Experience
•
Curriculum As Experiences Had
Under The Auspices Of The School
•
Curriculum As A Structured
Series Of Intended Learning Outcomes
•
Curriculum As A Written Plan
For Action
Pada tahun 1947 di Univeristas Chicago
berlangsung diskusi besar pertama tentang teori kurikulum. Sebagai hasil
diskusi tersebut dirumuskan tiga tugas utama teori kurikulum:
(1) mengidentifikasi masalah-masalah penting yang muncul dalam pengembangan
kurikulum dan konsep-konsep yang mendasarinya,
(2) menentukan hubungan antara masalah-masalah tersebut dengan struktur yang
mendukungnya,
(3) mencari atau meramalkan pendekatan-pendekatan pada masa yang akan datang
untuk memecahkan masalah tersebut.
Ralph W. Tylor
(1949) mengemukakan empat pertanyaan
pokok yang menjadi inti kajian kurikulum:
1. Tujuan pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah?
2. pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk
mencapai tujuan tersebut?
3. Bagaimana mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif?
4. Bagaimana kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai?
Empat pertanyaan pokok tentang kurikulum dari Tylor
ini banyak dipakai oleh para pengembangan kurikulum berikutnya. Dalam konferensi
nasional perhimpunan pengembang dan pengawas kurikulum tahun 1963 dibahas dua
makalah penting dari George A. Beauchamp dan Othanel Smith. Beauchamp
menganalisis pendekatan ilmiah tentang tugas-tugas pengembangan teori dalam
kurikulum. Menurut Beauchamp, teori kurikulum secara konseptual berhubungan
erat dengan pengembangan teori dalam ilmu-ilmu lain. Hal-hal yang penting dalam
pengembangan teori kurikulum adalah penggunaan istilah-istilah teknis yang
tepat dan konsisten, analisis dan klasifikasi pengetahuan, penggunaan
penelitianpenelitian preckktif untuk menambah konsep, generalisasi atau kaidahkaidah,
sebagai prinsip-prinsip yang menjadi pegangan dalam menjelaskan fenomena
kurikulum.
Dalam makalah kedua, Othanel Smith menguraikan peranan
filsafat dalam pengembangan teori kurikuklm yang bersifat ilmiah.Menurut Smith,
ada tiga sumbangan utama filsafat terhadap teori kurikulum, yaitu dalam (1)
merumuskan dan mempertimbangan tujuan pendidikan, (2) memilih dan menyusun
bahan, dan (3) perluasan bahasa khusus kurikulum.
James B. MacDonald (1964) melihat teori kurikulum dari
model sistem. Ada empat sistem dalam persekolahan yaitu kurikulum, pengajaran (instruction),
mengajar (teaching), dan belajar. Interaksi dari empat sistem ini dapat digambarkan dengan suatu diagram
Venn. Melihat kurikulum sebagai suatu sistem dalam sistem yang lebih besar
yaitu persekolahan dapat memperjelas pemikiran tentang konsep kurikulum.
Penggunaan model sistem juga dapat membantu para ahli teori kurikulum
menentukan jenis dan lingkup konseptualisasi yang diperlukan dalam teori
kurikulum.
Broudy, Smith,
dan Burnett (1964) menjelaskan makalah persekolahan dalam suatu skema yang
menggambarkan komponen-komponen dari keseluruhan proses mempengaruhi anak.
Skema persekolahan dari Broudy dan kawan-kawannya dapat dilihat pada Bagan 2.4.
Beauchamp
merangkumkan perkembangan teori kurikulum antara tahun 1960 sampai dengan 1965.
la mengidentifikasi adanya enam komponen kurikulum sebagai bidang studi, yaitu:
landasan kurikulum, isi kurikulum, desain kurikulum, rekayasa kurikulum,
evaluasi dan penelitian, dan pengembangan teori.
Menurut Hilda Taba (1962) dilema tentang definisi
kurikulum terjadi karena tidak dapat meletakkan posisi antara dua kutub.
Thomas L. Faix
(1966) menggunakan analisis struktural-fungsional yang berasal dari biologi,
sosiologi, dan antropologi untuk menjelaskan konsep kurikulum. Fungsi kurikulum
dilukiskan sebagai proses bagaimana memelihara dan mengembangkan strukturnya.
Aspek-aspek yang lain dari kajian kurikulum yaitu
a.
Landasan kurikulum
b.
Disain kurikulum
c.
Pengembangan kurikulum
d.
Implementasi kurikulum
e.
Rekayasa kurikulum
f.
Perbaikan / perubahan kurikulum
0 komentar: